Susuperas – Sejak itu, saat Paman Sakong pergi kerja, aku jadi lebih dekat dengan Bibi Ceme. Aku tidak jarang kali menanyakan koleksi teranyar Paman Sakong pada Bibi Ceme, dan menontonnya bareng Bibi Ceme. Tentu saja tanpa sepengetahuan Paman Sakong.
Hubunganku dengan Bibi Ceme pun kian tak canggung lagi. Sambil nonton, Bibi Ceme tidak jarang kali mengelus-elus kontolku. Saking enaknya, tidak jarang aku hingga muncrat di celana. Oh ya, Bibi Ceme tidak pernah menyentuh langsung burungku. Dia hanya memegangnya dari luar celana. Meski aku sudah tidak jarang meminta, Bibi Ceme tidak pernah mengabulkannya.
”Gini aja telah enak kan?” kilahnya masing-masing kali aku memaksa.
Dan memang enak banget, jadi aku juga diam. Kunikmati saja segala sentuhannya. Kalau Bibi Ceme telah berani melakukan sejauh itu, aku justeru tidak berani sama sekali. Benar kata Bibi Ceme, badanku memang besar, namun otakku oon.
Meski Bibi Ceme telah berkali-kali menyerahkan tubuhnya, aku tak kunjung menjamahnya. Hingga kesudahannya dia juga menyerah. Dibiarkannya aku takjub melongo nonton bokep di TV sedangkan dia sibuk mengelus-elus kontolku. Joker688
Pembicaraan kami pun mulai menyerempet hal-hal porno. Membuat Paman Sakong tertawa ketika mendengarnya. Paman Sakong. Dan Bibi Ceme ikut tertawa seraya mencubit pipiku. Suatu hari, saat aku tak sengaja menggaruk kontolku waktu inginkan mandi, Bibi Ceme berkata,
”Tuh lihat, tentu bulunya telah banyak.” katanya seraya mencolek Paman Sakong.
”Masih belum terdapat kok, Bi.” jawabku malu-malu.
”Masa sih? Kan telah mimpi?” katanya.
“Iya, bila diperhatiin sih barangkali ada.” sahutku.
“Kita buktiin.” katan Paman Sakong sambil berkeinginan menarik handuk yang melilit di tubuhku.
”Paman Sakong, jangan! Malu!” kataku agak marah.
”Malu sama siapa, Cuma terdapat Bibi Cememu disini.” dia terus memaksa.
Paman Sakong memang pernah sejumlah kali melihatku kencing. Kadang bila disuruh berenang, aku dan Paman Sakong pun suka mandi bareng. Dan seringkali jika kita merundingkan hal-hal porno, Paman Sakong tidak jarang kali mengingatkanku guna tidak bercerita ke orang lain. Aku tidak jarang kali mengiyakannya.
Sampai akhirnya, sebuah hari, aku pulang terlibat pembicaraan dengan Paman Sakong, Saat tersebut Bibi Ceme pergi ke lokasi tinggal orang tuanya guna membawakan oleh-oleh dari Paman Sakong. Entah siapa yang memulai, saat tersebut aku bertanya tentang malam kesatu Paman Sakong. Akhirnya Paman Sakong cerita, bahkan dia laksana mengajariku andai nanti aku mengejar wanita.
“Tapi Bibi Ceme memang sexy ya, Paman Sakong? bila tidur, suka berantakan.
Kataku tanpa rasa malu lagi. Berantakan disini dalam makna baju Bibi Ceme, bajunya suka menyingkap dan melorot kemana-mana, sampai memperlihatkan kemontokan dan kemulusan kulit tubuhnya.
“Iya, memang parah Bibi Cememu itu.” Paman Sakong mengangguk mengiyakan.
”Malah pernah, masa-masa tidur, Paman Sakong kerjai” kata Paman Sakong seraya tertawa.
“Masa sih, Paman Sakong?” aku bertanya tak percaya.
”Iya, waktu tersebut dia kan istirahat menyamping, Paman Sakong buka aja kainnya, terus pelan-pelan Paman Sakong masukin, gini!” Paman Sakong mempraktekkan dengan mendekap guling dan memajukan pinggulnya.
”Kan pake celana, Paman Sakong. Gimana masuknya?” kataku.
“Bibi Ceme kamu tersebut kalau istirahat jarang make celana. Panas katanya. Malah kadang BH pun gak pake.” kata Paman Sakong terus terang.
“Eh, namun nanti tidak boleh kamu jajaki buktiin lho ya!” kata Paman Sakong seraya tersenyum.
“Ya gak lah, Paman Sakong. Mana berani aku.” sahutku.
”Tapi Paman Sakong suka kasian sama Bibi Cememu. Cewek seringkali kan dua kali seminggu pingin gituan, namun Paman Sakong cuma dapat sebulan sekali.” kata Paman Sakong, matanya terlihat menerawang.
”Bibi Cememu tentu sange berat.” tambahnya.
“Masa sih, Paman Sakong?” tanyaku baru tahu.
“Iya, Paman Sakong. Kalau aku tanya kenapa? Katanya, kangen Paman Sakong.” jawabku.
“Tuh kan, sebenarnya tersebut tandanya bila dia lagi pengen negntot!” kata Paman Sakong vulgar.
“Iya, kasian Bibi Ceme ya, Paman Sakong? Coba bila aku dapat bantu.” kataku bodoh.
“Hehe, iya ya. Coba bila kamu dapat bantu,” bukannya tersinggung, Paman Sakong justeru santai menanggapi omonganku.
“Tapi Paman Sakong berterima kasih sekali, anda sudah nemani Bibi Ceme sekitar ini.” tambahnya.
”Aku pun terima kasih, Paman Sakong telah bayarin sekolah aku.” aku menyahut.
”Itu telah tugasku sebagai seorang Paman Sakong. Eh, ngomong-ngomong, gimana ya metodenya supaya anda bisa tolong Bibi Ceme?”
Mendengar pertanyaannya, aku hanya dapat melongo.
“Gini aja,” Kalau Bibi Ceme lagi cemberut, anda gituin aja pas dia lagi tidur, hehehe… tentu gak bakal sadar, dan besoknya tentu langsung dapat senyum.“ Paman Sakong melontarkan gagasan gilanya.
”Iih, Paman Sakong, gak berani ah.” kataku.
”Ayolah, apa anda gak pengen ngentotin Bibi Cememu? Enak banget lho rasa memeknya. Peret dan anget banget.” Paman Sakong terus berjuang membujukku.
”Apa Paman Sakong gak marah nanti?” pengen sih pengen, namun aku masih takut, pun sungkan kepadanya.
”Hehehe.. bila orang lain, tentu langsung Paman Sakong bunuh. Kalau anda sih, gak apa-apa.” katanya seraya tertawa.
“Iya, Paman Sakong gak apa-apa,” kataku.
“Lha Bibi Ceme, begitu bangun, tentu aku langsung dicekiknya.” aku bergidik.
“Ah, gak bakalan bangun, percaya deh sama Paman Sakong. Agen Joker688
Dulu seraya merem, Bibi Ceme megang burung Paman Sakong. Terus dibantuin masuk ke lubang memeknya. Lalu Bibi Ceme ngorok lagi. Mungkin dipikirnya lagi mimpi. Kamu kan bila mimpi pun kayaknya bener terjadi kan? Kadang bangun, terus istirahat lagi. Begitu pun dengan Bibi Cememu. Akhirnya, sesudah didesak terus, dan sebab aku pun sudah nggak tahan, kuiyakan tawarannya.
”Ini Paman Sakong yang nyuruh lho, bukan sebab aku yang pengen.” kataku sekali lagi guna meyakinkan.
Dan pembicaraan sore tersebut pun berhenti hingga disitu, sebab Bibi Ceme telah keburu datang.
.gif)
